Efek Dunning-Kruger Sebuah Teori Pemberantas Kekeliruan dalam Pengelolaan SDM

Seleksi dan Promosi SDM

Setiap jabatan pada karyawan seiring waktu berlalu akan mengalami dinamika, mungkin naik jabatan atau bahkan turun. Yang mempengaruhi hal ini banyak. Tapi yang jelas, yang memutuskan untuk naik atau tidaknya jabatan suatu karyawan itu hanya berada dalam segelintir orang saja. Salah satu yang paling berperan dalam penguasaan jabatan ini adalah kepala kepegawaian. Pertanyaannya adalah Bagaimana jika dinamika ini terjadi kekeliruan? Untuk itulah akan dibahas tentang kaitan antara Kekeliruan dalam pengelolaan SDM berdasarkan teori Dunning-Kruger Effect.

Pendahuluan

Dalam sebuah perusahaan, organisasi setiap karyawan diatur dengan fungsi dan jabatannya. Dari fungsi jabatannya itu maka akan terciptalah atasan dan bawahan yang berdasarkan dengan arah tanggung jawab atau ruang lingkupnya. Tidak terkecuali pemilik bisnis juga. Semuanya diatur dalam sebuah organisasi yang ada didalam perusahaan.

Dunning-Kruger Effect

Teori ini menitik beratkan pada potensi individual dan kelompok sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Mumpuni dalam hal kemampuan diri sendiri dan teruji oleh orang lain.
  2. Mumpuni dalam hal kemampuan diri atau teruji oleh orang lain.
  3. Tidak keduanya.

Penilaian yang dilakukan oleh kepala kepegawaian haruslah memenuhi dari ketiga aspek tersebut. Memang ini sangat susah dilakukan, apalagi jika karyawannya banyak. Namun setidaknya, dengan adanya teori ini kita bisa melihat lebih jeli lagi terhadap beberapa contoh kasus yang akan dipaparkan setelah ini.

Bagaimana cara kepala kepegawaian menentukan dinamika Jabatan?

Kepala kepegawaian sering kali tersudutkan ketika ada seorang karyawan yang memang terlilit suatu masalah yang berhubungan dengan perusahaan sehingga harus turun tangan sendiri untuk menyelesaikannya. Selain itu juga, tidak jarang kepegawaian mengajukan berbagai keringanan dan penambahan fasilitas untuk karyawan yang dianggapnya mampu tapi ditolak oleh pemilik perusahaan. Dari kedua contoh kasus tadi, bisa disimpulkan bahwa ada 2 cara yang paling sering ditempuh oleh kepala kepegawaian untuk menentukan jabatan. Diantaranya adalah mulai dari kejadian yang bersifat insidentil dan berkala.

Secara Berkala

Keputusan yang melingkupi kejadian secara berkala adalah seperti untuk pencairan bonus tahunan perusahaan. Biasanya sebelum bonus diberikan, kepegawaian akan mulai merekap semua data statistik karyawan mulai dari absensi, keterlambatan, dan kinerja lainnya yang berhubungan dengan SOP yang diberikan nilai oleh atasan langsung masing-masing. Proses ini ditempuh tidak lain hanya untuk memberikan hak kepada orang yang tepat. Namun meskipun demikian, penilaian ini tidaklah seluruhnya akurat. Kenapa demikian, karena menurut teori efek Dunning-Kruger penilian tersebut hanya memenuhi aspek yang pertama. Sementara aspek lainnya tidak ditempuh.

Insidentil

Keputusan insidentil dari kepala kepegawaian biasanya terjadi akibat tekanan atau himpitan kebutuhan perusahaan. Seperti contoh ada seorang karyawan yang baru masuk dengan kualifikasi khusus, dengan harapan perusahaan bisa menggunakan kinerja untuk memenuhi target perusahaan. Seperti biasanya karyawan tersebut seharusnya akan melakukan atau memasuki masa-masa pelatihan karyawan. Namun, disisi lain kepegawaian atau atasan langsung karyawan tersebut merasa tidak perlu akan hal itu. Sebetulnya itu pun tidak masalah, namun ini akan menjadi masalah ketika tujuan dari perusahaan ini tidak terpenuhi.

Selama tujuan dari perusahaan terpenuhi oleh karyawan tersebut, biasanya atasan langsung tidak akan melaporkan apapun jika karyawannya dinilai baik-baik saja. Namun, ketika ada masalah biasanya atasan langsung akan melaporkan hal ini kepada pihak kepegawaian. Dengan demikian, hal ini pun telah terjadi kekeliruan. Hal ini melanggar aspek nomor 2 dari teori Dunning-Kruger Effect.

Kesimpulan

Sebetulnya masalah kekeliruan ini dapat diatasi dengan mudah untuk manajemen perusahaan jenis apapun. Karena karyawan itu secara teknis bisa diatur. Seperti contoh dipindahkan ranah kerjanya, diperbantukan pihak ketiga dan lain sebagainya. Namun, jika memang benar kekeliruan ini sering terjadi. Maka sebetulnya ini akan memberatkan perusahaan itu sendiri. Karena waktu adaptasi tetaplah dibutuhkan meskipun oleh karyawan yang memiliki kemampuan yang tinggi. Dari adaptasi itu sendiri, setiap karyawan akan mampu menumbuhkan rasa kekeluargaan sehingga akan terjalin chemistry yang kuat. Tapi biasanya chemsitry yang kuat ini pun akan hancur ketika kedatangan satu orang yang memang tidak dapat beradaptasi dengan baik.

Demikian. Semoga membantu.

nyingspot: Blog Seputar Bisnis Teknologi. Temukan hal menarik tentang bisnis dan teknologi hanya di nyingspot.com
Artikel Lainnya

This website uses cookies.