Sudah menjadi rutinitas pertahun, performance appraisal biasanya dilaksanakan oleh semua stake holder perusahaan. Dari mulai operator sampai dengan direktur. KPI atau key perfomance index sesuai namanya adalah untuk mengukur indeks dari kinerja individu, team, departemen maupun seluruh perusahaan. Tapi apakah ini perlu? Kenapa harus ada Key Perfomance Index? Bukankan ini buang-buang waktu, sementara pekerjaan banyak terabaikan? Untuk menjawabnya akan diusut dalam paragraf selanjutnya.
KPI merupakan istilah khusus yang menjadi patokan para pemilik saham, bagaimana pertumbuhan perusahaan nya berlangsung. Hal ini bisa menjadi buruk atau pun baik. Sebetulnya untuk perusahaan yang memang masih didalam satu lini bisnis hal ini tidaklah terlalu rumit. Hal yang menjadi rumit itu adalah, jika suatu perusahaan sudah mulai merambah keberbagai pelosok lini bisnis. Salah satunya IT. Informasi dan Teknologi sekarang seakan menjadi kebutuhan dasar, tapi dalam kenyataannya sendiri perusahana itu sebetulnya tidak peduli.
Kenapa demikian? Karena perusahaan dituntut serba cepat sementara departmen yang baru ini masih butuh waktu untuk pengembangannya. Hal ini dapat dibuktikan dari tidak jelasnya KPI yang ada didalam perusahan. Silakan disimak sendiri. Apakah ini hanya opini ataukah benar-benar nyata.
Tidak jarang departemen yang minor – didalam hal ini bukan hanya IT saja – tidak memiliki KPI yang jelas. Padahal, ini itu adalah suatu kekuatan yang dapat merubah sebagian besar KPI perusahaan. Sebagai jalan keluarnya, semua stake holder perusahaan harus saling bahu membahu bagaimana setiap KPI ini disusun sedemikian rupa sehingga pembobotanya menjadi akurat. Dilain pihak, untuk pekerja non administrasi KPI memberatkan karena disamping harus melakukan pekerjaan utamanya, pekerja harus mengisi form yang bahkan menurut mereka itu tidak berarti. Hal ini perlu perhatian khusus dari atasan langsungnya, sehingga proses audit kinerjanya berlangsung lancar dan akurat.