Kata startup di Indonesia sebetulnya sudah tidak asing lagi yang tiada lain artinya adalah perusahaan perintis. Biasanya startup ini sudah memiliki konsep dan ide yang luar biasa dengan dukungan tim dari berbagai golongan dan cabang ilmu. Namun belakangan ini ada beberapa artikel di luar negeri yang mengatakan upstart company. Lalu apakah bedanya? Awalnya saya kira itu hanya typo atau redaksi dari jurnalistik karena sudah bosan menggunakan kata startup. Ternyata memang ada bedanya.
Apakah itu Upstart?
Upstart Business adalah ungkapan yang tampaknya mulai sering digunakan ke dalam bahasa jurnalistik yang digunakan pada blog teknologi dan pengusaha di Amerika. Dan ternyata memang ada bedanya antara Startup dan Upstart. Setelah riset literatur lewat Mbah Google dan akhirnya ditemukan dua buah pengertian untuk masing-masing kata. Upstart company itu adalah perusahaan yang baru dirintis tanpa adanya modal yang signifikan dari investor luar.
Perbedaan Upstart dengan Startup Boostrapper
Sebetulnya kalau dilihat dari definisinya, upstart itu adalah startup boostrapper. Boostrapping ini merupakan salah satu strategi yang diusung oleh founder-founder startup dalam hal pemodalan yang berasal dari masing-masing foundernya. Tapi tetap ada bedanya, selama itu namanya startup meskipun menggunakan pemodal secara boostrapper ini, suatu saat pasti dijual juga. Karena dengan menggunakan startegi boostrapper ini hanyalah siasat dari si Founder untuk meningatkan valuasi perusahaannya mereka sebelum dijual ke investor. Namun, upstart ini lebih idealis, bisa diibaratkan kalaupun sampai merugi tetap harus survived dengan modal sendiri.
Kenapa harus upstart?
Ini adalah pertanyaan yang berat, karena di lapangan dari beberapa rekan saya yang berdiskusi tentang pendirian startup, kebanyakan dari mereka tujuan awal membangun perusahaan hanyalah ingin mendapatkan funding semata yang seakan-akan funding tersebut itu tidak ada tanggung jawabnya dan itu adalah salah satu cara dapat untung dengan enteng.
Namun dibalik itu semua, ketika perusahaan sudah mulai berdiri, cashflow mulai cepat, dan profit berangsur-angsur naik. Rasa sayang terhadap perusahaan startup ini akan mulai meningkat sehingga mereka berfikir 1000 kali untuk dijual ke Investor. Namun tetap, business is business karena perselisihan diantara founder-foundernya akhirnya diambilah jalan tengah yaitu boostrapping. Selama para foundernya mampu untuk memberikan nafas untuk perusahaanya maka jalan upstart tetap diambil. Namun, jika sudah mulai kehabisan nafas maka mereka akan mulai Mengamen untuk mendapatkan funding.
Kesimpulan
Karena kebanyakannya istilah di Amerika kalau orang yang ingin membuat startup itu sudah pasti perusahaannya akan “dijual” kepada ventures. Sehingga untuk membedakannya, maka dipakailah istilah upstart company untuk mempersingkat dari kata startup yang dari awal sampai akhir akan menggunakan strategi bootstrapping.
Demikian. Semoga membantu.